Jumat, 30 Agustus 2013

[IFL Journey] Ruang Baru dalam Sebuah Perjalanan #IFLJourney

Sejak kecil saya adalah tipe anak yang lebih nyaman berdiam di rumah, bepergian seperlunya untuk jalan - jalan ataupun sekolah. Tidak ada organisasi ekternal yang menarik minat untuk bergabung, saat SMP & SMA saya memilih aktif dikegiatan ektrakulikuler sekolah seperti paduan suara, jurnalistik dan pramuka. 3 ekskul yang diikuti pun bukan pilihan pribadi tapi mengikuti kehendak teman. Saya adalah tipikal orang yang sangat pemalu, ada rasa kurang nyaman ketika harus bertemu orang lain, dengan rutinitas dan kepribadian ini saya merasa cukup bosan.

Puncak kebosanan terjadi saat masuk jenjang perkuliahan, rutinitas sama menjadikan saya mahasiswa KUPU - KUPU (kuliah pulang), yang membuat teman dan sahabat saya tidak banyak bertambah. Ketika menjadi salah satu panitia di Dies Natalis, lalu mendapat tugas menjual beberapa tiket konser, disaat bingung harus menjual tiket ini kemana, saya memilih melakukan promosi via SMS kebeberapa kontak yang diperoleh dari kakak. Salah satu tawaran sms ini sampai ke Dicky Hartono, yang saat itu adalah Direktur Eksekutif di IFL Bali, inilah titik awal saya bertemu Indonesian Future Leaders, khususnya chapter Bali.

Berselang beberapa bulan setelah itu, Dicky mengirim SMS yang isinya mengundang saya mengikuti sebuah kegiatan sosial yang disebut #TTS (Today to Serve) di Panti Asuhan Elisama. Saya sangat antusias dan ngobrol banyak dengan Dicky tentang kegiatan ini, Dicky kemudian menyarankan saya hadir langsung dalam rapat persiapan #TTS. Kegiatan pertama dipanti yang berkesan ini, kemudian menjadi pendorong saya mengikutinya untuk kedua kali, ketiga kali.

Beberapa bulan setelah #TTS, IFLBali membuka #ORIFLBali (Rekrutmen Pengurus / Staff), dan secara mengejutkan saya diundang bergabung sebagai salah satu pengurus, yang ada dipikiran saya saat itu bangga, senang bercampur aduk dan tidak sabar terlibat dalam setiap program bersama staff IFL Bali lainnya. Hari itu pun tiba, saya ditantang oleh Dicky untuk membuat sebuah program, kemudian saya menginisiasi kegiatan di Panti Jompo. Awalnya saya bingung dan sempat pesimis tidak akan bisa menjalankan program ini, namun saya terus diyakinkan dan diberi semangat untuk mencoba membuat program tersebut.

Hal pertama yang saya lakukan yaitu mengajak orang terdekat se-visi untuk bergabung, dia adalah Yuli yang saat ini menjabat sebagai Bendahara Umum IFLBali. Program pertama yang saya dan yuli inisiasi bernama #BerbagiKasih. Semua proses dari mulai persiapan, takut gagal hingga program tersebut sukses dilakukan, kemudian menjadi pemacu semangat  saya dalam menjalankan program - program berikutnya.

Tanpa saya sadari sifat saya yang dulu (egois, pemalu) berubah sedikit demi sedikit. Saya mulai percaya diri, bisa mengalah, bertanggung jawab (insyaallah) dan terpenting saya menemukan keluarga baru yang hebat dan bisa saya banggakan. Setiap makna, setiap pembelajaran yang saya dapatkan melalui keluarga ini tidak akan membuat saya menyesal telah berkomitmen dan membuat keputusan berada disini. Sebuah proses, kepercayaan dan kesuksesan dalam menjalankan program akan selalu ada dalam ingatan saya.

Tanggal 30 Agustus 2013 semua rasa sedih, haru, kesel dan kecewa berkumpul jadi satu. Tanggal tersebut membuat saya terpaksa meninggalkan semua titik nyaman dan keluarga baru saya untuk menempuh studi yang lebih tinggi di luar Bali. Rasanya berat untuk mengundurkan diri dari IFL Bali, keluarga yang mampu memberikan saya perubahan, pengalaman serta sebuah perjalanan yang menarik dan membentuk pribadi saya menjadi seperti ini (percaya diri, semangat dan selalu optimis). Sampai sekarang masih tidak percaya kalau kenyataannya memang langkah saya terhenti disini, namun saya yakin ada langkah baru yang akan saya ciptakan di tempat selanjutnya. Sebuah perjalanan baru juga akan dimulai namun perjalanan sebelumnya tidak akan saya lupakan begitu saja. Terima kasih semua staff IFL Bali, semua pelajaran, kenangan dan semangat kalian yang tak akan pernah pudar.

Saya belajar ketika menemukan titik paling nyaman, membuat kita berkembang, dan keluarga yang mengisi ruang kosong dihari - hari kita, tanpa sadar kita akan berkomitmen untuk bertahan pada titik tersebut. Itulah yang saya alami di IFLBali, tidak ada lelah yang tidak bahagia, atau komitmen yang sia - sia. Saya mendapat kebahagian dan semangat berada diruang ini.

Terima kasih sedalam-dalamnya untuk semua staff IFL Bali kak Fahry, Rian, kak Dicky (yang kemudian jadi teman dekat diskusi saya :D), kak Suri, Yuli, Ika, Cindra, Burju dan Lia, telah membentuk saya menjadi pribadi yang lebih baik. Terima kasih juga telah memberikan kenangan yang begitu membekas di hati dan pikiran saya. Air mata perpisahan yang saya keluarkan bukan air mata kesedihan namun air mata kebanggaan, bangga karena sudah menjadi keluarga IFL Bali dan bangga karena saya diterima dalam keluarga tersebut. Semangat terus IFL BALI. Semangat untuk memberdayakan pemuda BALI.

Ditulis oleh Sekretaris Umum IFL Bali 2012 - 2013, Ferina Rahim (@ferinarahim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar