Sabtu, 17 Agustus 2013

[Publikasi] Belajar Mengalami Toleransi - SabangMerauke

“memahami toleransi tidak bisa hanya dengan membaca buku PPKN saja, toleransi itu harus dialami, harus dirasakan.” - Ayu Kartikadewi

"@SabangMeraukeID (Seribu Anak Bangsa Merantau Untuk Kembali) terlahir dari kegusaran anak-anak muda Indonesia atas realita-realita sosial di masyarakat Indonesia dimana kemajemukan, keanekaragaman dan multikulturalisme sering dijadikan liabilitas yang dimanfaatkan untuk kepentingan politik berujung konflik. Bagi saya, kemajemukan, keanekaragaman dan multikulturalisme adalah aset terbesar negara Indonesia yang seharusnya dikelola dengan baik sehingga melahirkan harmoni, kolaborasi, dan perdamaian yang menyejahterakan kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan SabangMerauke, saya berharap anak-anak Indonesia akan pernah merantau, pernah hidup jauh dari rumah, dan merasa bahwa merantau – bukan hanya di luar negeri tetapi juga di dalam Indonesia – itu meluaskan cakrawala dan mengubah hidup. Saya berharap mereka akan menjadi lebih toleran dan menerima perbedaan justru karena mereka pernah menjadi minoritas.

SabangMerauke membuat kita sadar bahwa masih banyak yang bisa kita lakukan untuk memastikan persatuan dan kesatuan bangsa ini benar-benar nyata. SabangMerauke mungkin hanyalah sebuah langkah kecil anak muda untuk mempererat nilai kebangsaan yang sempat luntur dan terserap politisasi kepentingan, tetapi adalah kewajiban setiap warga negara Indonesia yang peduli untuk ikut ambil bagian merajut benang-benang persatuan itu bersama-sama. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membantu SabangMerauke. Mulai dari menjadi donatur, membantu memfasilitasi program hingga mengambil peran penting sebagai keluarga angkat dan kakak mentor. Setiap peran dan bantuan tentu akan sangat berarti bagi kelangsungan program ini dan lebih jauh lagi untuk memastikan tujuan gerakan ini tercapai – yaitu membuka cakrawala anak-anak Indonesia dan menanamkan nilai toleransi pada keberagaman dan perbedaan." - Dikutip dari Tulisan Jourdan Hussein untuk SabangMerauke, http://sabangmerauke.org/?page=artikel_jhussein1


---

Sebelumnya saya cukup sering memperhatikan inisiatif SabangMerauke lewat twitter, sebagai sebuah gerakan solutif yang diciptakan untuk mencintai keberagaman, mewujudkan harapan para pendiri bangsa yang tertulis di kaki burung Garuda, Bhinneka Tunggal Ika. Saat sedang berada di Bogor, saya menerima sebuah Direct Messages dari salah seorang Volunteers SabangMerauke, namanya Furry. Dia meminta bantuan saya untuk menjadi pendamping salah seorang Anak Sabang Merauke (ASM) asal Bali yang bernama Novi, walaupun pada akhirnya kesempatan untuk membantu tersebut tidak terwujud karena jadwal kerja saya bertabrakan dengan keberangkatan Novi, tapi saya beruntung berkesempatan untuk mengobrol dengannya via email, berikut sedikit kutipannya.

"Perkenalkan nama saya Ni Made Novi Dian Sari, siswa kelas 9 (tingkat 3, SMP N 2 Semarapura Klungkung, Bali) lahir di Karangasem, 25 November 198. Perkenalan saya dengan SabangMerauke pertama kali saat seluruh OSIS dikumpulkan untuk mendengar Sosialisasi dari Jegeg Bagus Klungkung, kemudian menaruh minat yang besar mengikuti pertukaan pelajar ini untuk membuka cakrawala diri saya tentang toleransi, belajar menghargai perbedaan suku dan agama di Indonesia. Saat akhirnya diterima, orang tua saya pun kemudian memberikan ijin untuk mengikuti kegiatan pertukaran pelajar ASM di Jakarta, setelah melihat serangkaian kegiatan yang dipersiapkan SabangMerauke memang bertujuan positif untuk mendidik dan memberikan pengalaman bagi saya untuk belajar menghargai dan mandiri.

Moment yang paling saya ingat di program SabangMerauke adalah saat bertemu langsung dengan Wakil Gubernur Jakarta (AHOK) dan juga berkunjung ke Universitas Indonesia. Yang biasanya hanya bisa saya lihat lewat televisi, saat itu ada dihadapan saya dan bercerita banyak tentang jatuh bangunnya dalam hidup, saya bangga menjadikannya salah satu motivator dalam hidup untuk mencapai cita - cita, dan untuk anak seumuran saya bisa berkunjung ke Universitas Indonesia adalah sebuah kesempatan langka yang tak terlupakan. 20 tahun dari sekarang, saya ingin menjadi pengacara yang mampu menyelesaikan perkara dengan tegas dan benar, seperti ayah angkat yang banyak memberikan saya pelajaran tentang pentingnya ketegasan dalam menegakkan keadilan.

Jika diminta memilih pulau di Indonesia, saya ingin menjadi Papua. Kenapa? karena saya tak ingin Papua memisahkan diri dari Indonesia, dan berharap Indonesia tak pernah melupakan Papua yang ada diseberang sana."

Semoga Novi adalah satu dari sekian banyak contoh anak muda di masa depan yang bisa memulai peran barunya di masyarakat untuk mengenal bangsanya, mengamalkan makna Toleransi lebih dari sekedar teori di buku PPKN. Karena setiap Toleransi harus dialami, harus dirasakan.

---

"...Saya ternyata tidak cukup mengenal bangsa saya sendiri. Setiap kali diminta menjelaskan Indonesia, saya sesungguhnya sibuk menjelaskan tentang Bali dan Jawa. Saya hanya bisa menjelaskan dua pulau yang akrab di pikiran saya dan tidak mampu mewakili 17 ribu lebih pulau lainnya. Pengetahuan saya tentang Indonesia mengenaskan. Harus diakui dengan penuh rasa bersalah, saya baru menginjakkan kaki di tanah Sumatera saat berusia 34 tahun, itupun untuk sebuah undangan mengajar di Baturaja. Alangkah mengenaskannya. Lebih memalukan lagi ketika di saat yang sama saya telah mengunjungi lebih dari 20 negara untuk berbagai keperluan. Apakah memang sudah menjadi tradisi bahwa manusia cenderung memperhatikan hal-hal jauh dibandingkan yang dekat di depan matanya? Tidak heran jika peta Planet Mars konon lebih detail dibandingkan peta dasar samudera yang dalam. Singkat kata, saya menyadari pengetahuan saya yang pendek tentang bangsa saya. Mereka yang jauh lebih muda dari saya semestinya mendapat kesempatan dan memanfaatkan waktunya untuk mengenal bangsanya lebih dekat, dari Sabang sampai Merauke..." - Dikutip dari Tulisan Made Andi tentang SabangMerauke, http://sabangmerauke.org/?page=artikel_andi1
Informasi lengkap mengenai SabangMerauke dapat diperoleh di www.sabangmerauke.org
Ditulis oleh Fahry Bakhar, Direktur Divisi Komunikasi & Kerjasama IFL Bali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar